Merespons kritikan Umuh, Asep Saputra sebagai Manajer Kompetisi PT LIB coba memberikan jawaban. Dia mengklaim penyusunan jadwal telah melalui sejumlah pertimbangan operator dan tetap terbuka ruang keberatan untuk klub peserta.
''Jadwal ini sebenarnya sudah kami buat sejak Januari lalu. Tentu ada aspek lain dalam penyusunannya, tetapi detailnya memang hanya internal kami yang tahu. Terlepas itu semua, jadwal ini betul-betul tidak ada tendensi apa pun, tidak ada kepentingan apa pun, dan tidak ada klub yang diuntungkan. Kami lebih menilai aspek olahraga,'' ujar Asep ketika ditemui di Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (10/4).
''Bila Anda teliti, musim lalu dengan format jadwal hampir sama. Tetapi, dari setiap bergulir dan berjalannya kompetisi tentu akan ada evaluasi. Dan dari hasil evaluasi tersebut kami menilai perlu ada perubahan yang signifikan terjadi di tahun ini,'' kata Asep menjelaskan.
Salah satu perubahan yang diterapkan yakni durasi kompetisi. Jika Liga 1 2018 bergulir dari Maret sampai Desember, kompetisi musim ini berjalan sejak April hingga Desember. Akibatnya, jadwal bagi setiap klub menjadi padat.
Ambil contoh Persib yang sudah sibuk sejak awal kompetisi. Pada empat laga perdana mereka akan menjamu Perseru Serui (10 Mei), bertandang ke markas Arema FC (16 Mei), meladeni Persipura Jayapura di kandang (22 Mei), dan melawat ke Gianyar untuk menantang Bali United (26 Mei).
Alasan PT LIB mempersempit jadwal musim ini juga tak terlepas dari molornya sepak mula kompetisi. Memutar sedikit ke belakang, kompetisi sejatinya bisa bergulir sejak Januari hingga Februari lalu--merujuk ketetapan Asosiasi Sepak Bola Asia (AFC). Namun, lantaran agenda politik yakni Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia sepak mula jadi terlambat.
Terlambatnya kompetisi musim ini juga sejatinya sudah digaungkan jauh-jauh hari oleh PSSI. Lewat pernyataan salah satu anggota Komite Eksekutif, Yoyok Sukawi, PSSI menyatakan bahwa selang lima tahun sekali tatkala pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, kompetisi akan mengalami kemunduran.
Adapun, keputusan PT LIB merilis jadwal dalam bentuk draf dilatarbelakangi desakan klub-klub. Sudah sejak Kongres Tahunan PSSI pada 20 Januari lalu, klub-klub menanyakan perihal jadwal.
''Kalau nantinya ada protes atau lain-lain dari klub, silakan saja karena masih ada review sampai 19 Mei mendatang. Perlu ditekankan, ini sebenarnya draf, ada review-nya tapi lebih fokusnya kepada klub mempersiapkan. Klub 'kan selalu menanyakan, Kapan jadwal? Kapan kepastian kompetisi bergulir?''
''Nah, kami tentu juga bersiap. Contoh persiapannya 'kan tidak cuma teknis saja, ada izin, bagaimana komersial dan lain-lain sebagainya,'' kata Asep.
Asep melanjutkan, jika nanti ada masukan dari klub peserta, PT LIB juga tak menutup mata untuk menyesuaikan jadwal. Hanya saja, PT LIB berharap klub juga mengedepankan satu aspek, yakni waktu selesai kompetisi. Karena menurut AFC, kompetisi ideal membutuhkan durasi delapan sampai sembilan bulan.
''Perlu diingat kompetisi di Asia harus berakhir November sebenarnya. Karena berselang dua pekan setelahnya AFC sudah mendata tim-tim juara kompetisi untuk berlaga di Kompetisi Asia (Liga Champions Asia dan AFC Cup). Nah. atas dasar itu, mau tidak mau kompetisi kita sudah harus ada juara pada Desember (ada toleransi akibat molornya kick-off)," ujar Asep.
Terakhir, Asep mengatakan bahwa jadwal yang disusun masih jauh dari kata sempurna. Ini disebabkan oleh sejumlah agenda- yang membuat Indonesia mempunyai kultur berbeda dibandingkan negara-negara anggota AFC.
''Ambil contoh ada libur Idul Fitri dan kompetisi akan rehat dulu dua pekan. Dan mengantisipasinya akan ada pekan sibuk pada periode Juli hingga Agustus. Tetapi di pekan sibuk itu semaksimal mungkin kami buat satu klub akan menjalani tiga kali home dan tiga kali away.''
''Seperti yang saya sebutkan di atas, perhitungan ini adalah evaluasi dari musim lalu. Dan jadwal ini sudah melalui persetujuan PSSI, pihak penyiaran dan saat ini tinggal submit ke pihak kemanan soal perizinan,'' ucap Asep menutup.
Sumber: kumparan.com